Aan Johana: ATLET HARUS SETIA & BANGGA PADA DAERAHNYA!

‘Seorang atlet sejati, selain harus memiliki daya juang tinggi, pantang menyerah dan bermental juara, dia juga harus memiliki kesetiaan dan kebanggaan terhadap daerah yang membina dan membesarkannya hingga menjadi seorang atlet yang handal. Tanpa kesetiaan dan kebanggaan terhadap daerahnya, maka dia hanya akan menjadi seorang atlet yang selalu berorientasi pada materi, mengabdi pada kepentingan daerah yang berani membayarnya dengan tinggi. Saya tentu berharap, atlet-atlet Kota Bandung tidak demikian, karena pengurus KONI juga selalu berusaha memikirkan masa depan mereka, termasuk masalah pendidikan, pekerjaan ata masa depannya.’

Ketua KONI Kota Bandung, Aan Johana menegaskan hal itu, menanggapi maraknya isu tentang rencana beberapa daerah tertentu yang mulai ‘mengincar’ atlet-atlet Kota Bandung untuk pindah dengan iming-iming materi atau pekerjaan. Isu itu santer terdengar, setelah berakhirnya PON-XIX, dimana atlet-atlet Kota Bandung tampil luarbiasa dengan prestasi mengesankan saat menjadi tulang punggung kontingen Jawa Barat.

Isu itu, ungkap Aan, bukan hal baru, karena memang selalu terjadi pada setiap menjelang event-event besar yang terkait dengan kepentingan dan nama baik daerah seperti PON atau PORDA. Hal itu terutama sering dilakukan oleh daerah tertentu yang memiliki banyak uang dan tak mau bersusah payah membina atlet.

“Ibarat makan, mereka tinggal membeli di warung atau restoran dari pada bersusah payah memasak sendiri dirumah. Kota Bandung tentu tidak demikian. Sebagai daerah yang memiliki banyak bibit atlet bagus, pelatih-pelatih berkualitas dan ahli-ahli olahraga yang mumpuni, pengurus KONI Kota Bandung tentu lebih merasa bangga mencetak sendiri atlet-atletnya. Itu jauh lebih terhormat dari pada ‘membeli’ atlet dari luar”, tegas Aan dalam perbincangan dengan SKOR belum lama ini.

Cara-cara yang dilakukan daerah tertentu seperti itu, lanjut Aan, tentu sangat merugikan daerah yang sudah bersusah payah melakukan pembinaan jangka panjang dengan mengeluarkan tenaga, pikiran dan juga dana yang tidak kecil. Sebab sejauh ini, sesuai dengan sifat amatirisme dalam dunia olahraga di Indonesia, tidak ada istilah ‘uang transfer’ yang resmi dilakukan antardaerah atau antar induk organisasi olahraga, seperti dalam dunia olahraga profesional.

“Semua berlangsung ‘dibawah tangan’ antara si atlet dengan daerah yang memberikan penawaran. Mungkin kasus seperti ini, alasannya agak berbeda dengan perpindahan atlet di wilayah Jawa Barat sendiri, walau tidak bisa dipungkiri, bahwa kepentingan daerah dalam menghadapi event bergengsi seperti PORDA, merupakan alasan yang utama”, tandasnya.

Terkait hal itu, Aan berharap kepada KONI Jawa Barat, agar tidak berdiam diri dan segera melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah terjadinya ‘pembajakan’ atlet Jawa Barat oleh daerah lain, mengingat mereka merupakan aset berharga untuk menghadapi berbagai event olahraga Nasional di tanah air maupun Internasional.

Bagi KONI Kota Bandung sendiri, langkah ini perlu dilakukan sejak dini, mengingat pada tahun 2018 di Kabupaten Bogor akan berlangsung PORDA-XIII, dimana KONI Kota Bandung bertekad untuk merebut kembali gelar juara umum yang lepas saat PORDA-XI/2014 di Kabupaten Bekasi.

“Untuk itu, KONI bersama Pemkot Bandung tentu akan bersinergi untuk melakukan langkah-langkah strategis, agar para atlet tidak tergiur oleh tawaran daerah lain, dengan cara memenuhi kebutuhan para atlet, baik dalam pendidikan, pekerjaan, maupun masa depan mereka. Buat apa harus hengkang ke daerah lain kalau di Bandung sendiri mereka diperlakukan dengan sangat baik”, papar Aan.

Sumber: SKOR-Edisi November (Suara Komunitas Olahraga)

Related Posts

Leave a Reply