Tampil di Markas UNESCO: Silat Masuk Nominasi Warisan Budaya Tak Benda

Tampil di markas besar UNESCO di Kota Paris, Rabu 10 Mei 2017, para pesilat Kota Bandung dan Jawa Barat yang tergabung dalam Masyarakat Pencak Silat Indonesia (MASPI), berhasil memukau sekitar seribuan lebih perwakilan 180 negara anggota UNESCO dalam upaya menjadikan pencak silat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda asal Indonesia.

Para pesilat yang tampil, mewakili 6 perguruan, meliputi Ciung Wanara, Panglipur, Gelar Pusaka MHI, Pager Kancana, Si Macan Tutul, dan Badak Putih serta dua aliran pencak silat: Cikalong dan Sera.

Paduan rampak kendang pencak dan gerakan seni beladiri yang rancak, di peragakan para pesilat, melalui sebuah performa seni pertunjukan, membuat pencak silat bukan sekedar menampilkan jurus-jurus cara bertarung saja, tapi juga bisa dinikmati sebagai sebuah seni tontonan yang unik dan menarik.

Pergelaran ini merupakan upaya pengajuan pencak silat untuk menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda atau Intangible Cultural World Heritage, dihadiri a.I. oleh Duta Besar Indonesia untuk Perancis, Hotmangaradja M. P. Pandjaitan, Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, Tubagus Ahmad Fauzi Soelaiman, UNESCO Goodwil Ambassador untuk kawasan Asia Tenggara, yang juga artis senior Indonesia, Christine Hakim dan Walikota Bandung, Ridwan Kamil. “Kami bersyukur, pergelaran berjalan sukses, sehingga pencak silat nantinya bisa ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda asal Indonesia”, kata Edwin Sanjaya, Pembina MASPI yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Bandung.

Langkah tersebut merupakan kelanjutan dari pengajuan yang dilakukan pada akhir Maret 2017 ke UNESCO, karena pencaksilat dianggap memenuhi syarat dan memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh beladiri lain.

Konsep pergelaran di kota yang menjadi pusat seni dan budaya dunia itu, tentu tidak asal-asalan, melainkan dirancang dengan memperhatikan unsur komposisi, koreografi, artistik, penataan lighting, tata busana, make up dan aransemen musik. Unsur yang terakhir ini sangat penting karena membuat pergelaran pencak silat ini berbeda dengan pergelaran pencak silat yang biasa ditampilkan pada umumnya.

Dukungan Pemkot Bandung
Tampilnya pencaksilat di markas UNESCO ini, menurut Ketua MASPI, Asep Gurmawan, tidak lepas dari dukungan penuh Pemerintah Kota Bandung dan juga pemerintah Kota Bandung dan juga pemerintah pusat melalui Kemendikbud, disamping Kedutaan Besar RI untuk Perancis & Kedutaan Besar/Wakil Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO yang mendukung penuh program ini.

Sementara Christine Hakim menyatakan, apa yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung patut dicontoh oleh Pemerintah Daerah dan Stakeholder lainnya. karena tanpa dukungan yang maksimalm akan sulit bagi indonesia untuk menjadikan pencak silat sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda.

Walikota Bandung Ridwan Kamil yang mendampingi tim ke Paris menyatakan, pencak silat merupakan olahraga beladiri yang datang dari sebuah budaya lintas dimensi. Tidak hanya beladiri yang ada didalamnya, tetapi juga mencakup kesenian, fashion, dan tarian yang tidak dimiliki oleh olahraga beladiri lain.

“Dalam proses ini, MASPI telah mengukir sejarah, dengan membuktikan sekaligus memberikan argumentasi, bahwa pencak silat memang layak menjadi warisan tak benda asal Indonesia”, katanya.

Tentu saja keputusan UNESCO tidak langsung ditetapkan saat itu juga, karena akan dievaluasi sekitar 2 tahun dan baru pada sekitar awal tahun 2019, hasil evaluasi akan dikeluarkan.

Proses awal dimasukannya pencak silat sebagai nominasi, dimulai pada awal Februari 2017, ketika Duta Besar RI untuk UNESCO, Tb. Fauzi Soelaiman berkunjung ke Kota Bandung dan bertemu dengan Walikota Ridwan Kamil.

Pada kesempatan tersebut, Fauzi atas nama UNESCO meminta Kota Bandung mengirimkan tim ke Paris untuk menampilkan Pencak Silat yang akan didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda untuk dinominasikan tahun 2019

(Alma – berbagai sumber)


Sumber: SKOR Bandung

Related Posts

Leave a Reply